Pendidikan
adalah faktor penentu keberhasilan ketika suatu bangsa yang ingin maju. Jadi
tidak heran jika dikatakan bahwa pendidikan adalah tiang bagi kemajuan dan
dasar dari setiap langkah (pekerjaan) yang akan ditempuh. Itulah kedudukan
pendidikan yang disampaikan K.H.R Zainuddin Fananie dalam bukunya.
Pendidikan tidak semata-mata
berbicara tentang pengajaran di sekolah-sekolah atau di rumah, tetapi juga
meliputi semua yang mempengaruhi kebaikan jiwa manusia dari kecil hingga
dewasa. Pendidikan juga berusaha membuat manusia melakukan kebiasaan (mendarah
daging) dalam melakukan perbuatan baik. Mulai dari memberikan keyakinan sampai
mengajarkan untuk melakukan perbuatan baik berulang-ulang hingga menjadi
kebiasaan.
Terlihatlah
bagaimana luasnya arti pendidikan. Tidak melulu hanya berbicara masalah
pendidikan akal tapi lebih dari itu. Pendidikan pun mempunyai tujuan, namun
apakah tujuan pendidikan adalah memberi pengetahuan semata atau meraih kekayaan
atau mendapatkan pangkat? Tujuan pendidikan bukanlah untuk sesuatu yang
sifatnya materialistis. Tujuan pendidikan menjadi sangat rendah jika acuannya
adalah materi semata.
Tujuan
pendidikan yang sesungguhnya ada 2, individualitas/kedirian dan
kolektivitas/rasa bersama. Individualitas sendiri mempunyai maksud supaya
setiap manusia menghargai dirinya dan usahanya sendiri dengan tidak berlebihan.
Sedangkan kolektivitas memiliki arti persamaan di segala hal, semua hak
bersama, sama rasa sama rata sehingga setiap diri manusia menjadi hak bersama
dan masing-masing menjadi salah satu bagian dari yang lain sehingga setiap
manusia akan menghargai hak milik dan jasa bersama.
Pendidikan
sebagai tiang kemajuan tidak terlepas pula dari metode dan cara mendidik yang
digunakan. Cara mendidik dan metode yang digunakan juga tidak bisa dilepaskan
dari tantangan pendidikan yang dihadapi suatu negara. Tantangan yang dihadapi
antara satu negara dengan negara lain tentu berbeda sehingga cara mendidik dan
metodenya pun pasti berbeda.
Cara
mendidik dan metode yang digunakan pun harus disesuaikan dengan perkembangan
zaman dari masing-masing individu yang dididik itu sendiri. Sebagaimana seorang
dokter sebelum memberi resep obat tentunya memeriksa penyakit terlebih dahulu.
Demikian
pula pendidik, sebelum mendidik maka harus mengetahui keadaan individu yang
dididik terlebih dahulu, anak-anakkah? Remajakah? Atau orang dewasa? Baru
kemudian menentukan metode yang akan digunakan berdasarkan pengamatan dan
analisa pendidik tersebut. Tentu berbeda metode mendidik yang digunakan untuk
menghadapi anak umur 5 tahun dengan anak umur 17 tahun.
Pendidikan
yang harus diperhatikan ada dua yakni pendidikan jasmani dan pendidikan rohani.
Antara pendidikan jasmani dan pendidikan rohani pun harus ada kesinambungannya
karena jika jasmaninya tidak sehat maka rohaninya pun tidak bisa maksimal,
begitupun sebaliknya. Pendidikan jasmani yang dimaksud adalah pendidikan
tentang cara menjaga kesehatan badan. Sementara, pendidikan rohani sendiri
memikirkan dua hal, pendidikan akal dan pendidikan budi pekerti.
Pendidikan
akal berbicara tentang pendidikan ilmu pengetahuan, sedangkan pendidikan budi
pekerti membicarakan moral yang seharusnya dimiliki seseorang yang dididik.
Mendidik budi pekerti tidaklah semudah mendidik ilmu pengetahuan karena ketika
mendidik budi pekerti seperti mendidik dan menanamkan kebiasaan (yang mendarah
daging) yang baik dan benar.
Ruang
untuk mendidik jasmani dan rohani pun tidak hanya di sekolah tetapi juga di
rumah dan di masyarakat umum. Ketika seorang anak dilahirkan sampai ia mulai
memasuki dunia sekolah, maka rumah merupakan ruang sentral dalam mendidik.
Otomatis orang tua menjadi pendidik sentral dalam masa-masa ini.
Pendidikan di rumah pula yang menjadi pendidikan dasar seseorang yang dididik.
Di
saat si anak memasuki usia sekolah pun bukan berarti orang tua lepas tanggung
jawab dalam mendidik. Justru orang tua mempunyai tanggung jawab lebih karena
tidak hanya mendidik tetapi juga mengontrol anak ketika di sekolah. Bukan tidak
mungkin si anak menemukan hal-hal yang kurang baik ketika di sekolah.
Sekolah
akan mengajarkan anak berbagai hal mulai dari bersosialisasi sampai pada
pendidikan akal. Sehingga bisa disebut sekolah merupakan tangga atau jenjang
menuju pergaulan dalam masyarakat umum. Anak-anak di sekolah diperintah oleh
gurunya untuk menulis dan memahami pelajaran untuk menjadi pandai. Sehingga
manusia dalam masyarakat diwajibkan oleh kemanusiaannya, melakukan segala
kewajiban dengan cara kesopanan untuk menjadikan manusia dengan segala
pengertiannya.
Jadi
tujuan pendidikan semenjak anak-anak adalah untuk menjadikan manusia dapat
memenuhi segala yang dikehendaki oleh lingkungan sosialnya. Pendidikan dalam
masyarakat ini tidak akan berhasil apabila pendidikan di rumah dan sekolah
tidak sesuai dengan lingkungan sosial itu sendiri.
Tercapainya
pendidikan di rumah, sekolah, dan lingkungan masyarakat merupakan cita-cita
yang dikehendaki pendidikan. Agar dapat diraih tentu diperlukan upaya-upaya
yakni penjagaan dan pemberian contoh, perintah dan larangan, dan hukuman dari
kesalahan dan penghargaan dari kelakuan yang baik.
Penjagaan
dan pemberian contoh mencakup didalamnya perkembangan usia seseorang yang
dididik dan cara mendidiknya. Pendidik diperbolehkan menggunakan perintah dan
larangan sejauh untuk menjadi pedoman bagi anak didik. Sehingga anak didik tahu
mana perilaku yang baik dan boleh dilakukan dan mana yang tidak. Kata-kata yang
digunakan pun didasarkan pada cara-cara dan syarat-syaratnya, bukan keluar
dengan begitu saja.
Upaya
yang terakhir yakni pembalasan berupa penghargaan bagi yang berkelakuan baik
dan hukuman bagi yang berkelakuan tidak baik. Namun lagi-lagi perhargaan dan
hukuman yang diberikan pun sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan hingga anak
didik akan terus melakukan perbuatan baik atau mulai berkelakuan baik.
Tujuan
dari penghargaan sendiri adalah supaya si anak tetap berkelakuan baik.
Penghargaan inilah yang mendidik anak-anak untuk menghormati dirinya sendiri,
tahu akan harga dirinya, dan menyadari bahwa perbuatannya baik. Sehingga muncul
penghargaan terhadap benih-benih kebaikan. Dalam memberikan penghargaan pun ada
beberapa hal yang harus diperhatikan, terutama jangan sampai anak melakukan
kebaikan hanya karena mendapat penghargaan bukan karena menyadari perbuatannya
itu baik.
Sedangkan
tujuan dari hukuman adalah supaya si anak menyadari bahwa perbuatannya tidak
baik dan tidak mengulanginya kembali. Lagi-lagi dalam memberikan hukuman pun
ada beberapa hal yang harus diperhatikan terutama jangan sampai si anak merasa
tidak perlu atau tidak mau berbuat baik. Sebaik-baik cara menghukum adalah
hukuman natur, misalnya anak yang suka bermain api akan terbakar tangannya,
anak yang malas mandi tidak enak tidurnya. Hukuman seperti ini besar
pengaruhnya terhadap perkembangan jiwa anak didik karena hukuman seperti ini
akan menimbulkan keinsyafan diri dan hukuman seperti ini akan lebih diingat
anak didik.
Judul Buku : Pedoman
Pendidikan Modern
Penulis : K.H.R.
Zainuddin Fananie
Penerbit : Tinta Medina
Tebal : xliv + 248
halaman
Terbit : Januari 2011
Cover : Softcover
ISBN :
978-602-98552-2-7
HADIRILAH!!
Bedah Buku Pedoman Pendidikan Modern
Pembicara Drs. H. Husnian Bey Fananie, MA (Chairman Fananie Center Foundation)
Prof Dr Soedjarto MA (Guru Besar Universitas Negeri Jakarta)
Sabtu 17 November 2012
Pukul 10.00 – 12.00
Aula Daksinapati Universitas Negeri Jakarta
Jl. Rawamangun Muka, Jakarta Timur
GRATIS!!
Bedah Buku Pedoman Pendidikan Modern
Pembicara Drs. H. Husnian Bey Fananie, MA (Chairman Fananie Center Foundation)
Prof Dr Soedjarto MA (Guru Besar Universitas Negeri Jakarta)
Sabtu 17 November 2012
Pukul 10.00 – 12.00
Aula Daksinapati Universitas Negeri Jakarta
Jl. Rawamangun Muka, Jakarta Timur
GRATIS!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar