Rabu, 17 Oktober 2012

SIA UNJ - Pedoman Tiang Kemajuan



Pendidikan adalah faktor penentu keberhasilan ketika suatu bangsa yang ingin maju. Jadi tidak heran jika dikatakan bahwa pendidikan adalah tiang bagi kemajuan dan dasar dari setiap langkah (pekerjaan) yang akan ditempuh. Itulah kedudukan pendidikan yang disampaikan K.H.R Zainuddin Fananie dalam bukunya.

Pendidikan tidak semata-mata berbicara tentang pengajaran di sekolah-sekolah atau di rumah, tetapi juga meliputi semua yang mempengaruhi kebaikan jiwa manusia dari kecil hingga dewasa. Pendidikan juga berusaha membuat manusia melakukan kebiasaan (mendarah daging) dalam melakukan perbuatan baik. Mulai dari memberikan keyakinan sampai mengajarkan untuk melakukan perbuatan baik berulang-ulang hingga menjadi kebiasaan.
Terlihatlah bagaimana luasnya arti pendidikan. Tidak melulu hanya berbicara masalah pendidikan akal tapi lebih dari itu. Pendidikan pun mempunyai tujuan, namun apakah tujuan pendidikan adalah memberi pengetahuan semata atau meraih kekayaan atau mendapatkan pangkat? Tujuan pendidikan bukanlah untuk sesuatu yang sifatnya materialistis. Tujuan pendidikan menjadi sangat rendah jika acuannya adalah materi semata.
Tujuan pendidikan yang sesungguhnya ada 2, individualitas/kedirian dan kolektivitas/rasa bersama. Individualitas sendiri mempunyai maksud supaya setiap manusia menghargai dirinya dan usahanya sendiri dengan tidak berlebihan. Sedangkan kolektivitas memiliki arti persamaan di segala hal, semua hak bersama, sama rasa sama rata sehingga setiap diri manusia menjadi hak bersama dan masing-masing menjadi salah satu bagian dari yang lain sehingga setiap manusia akan menghargai hak milik dan jasa bersama.
Pendidikan sebagai tiang kemajuan tidak terlepas pula dari metode dan cara mendidik yang digunakan. Cara mendidik dan metode yang digunakan juga tidak bisa dilepaskan dari tantangan pendidikan yang dihadapi suatu negara. Tantangan yang dihadapi antara satu negara dengan negara lain tentu berbeda sehingga cara mendidik dan metodenya pun pasti berbeda.
Cara mendidik dan metode yang digunakan pun harus disesuaikan dengan perkembangan zaman dari masing-masing individu yang dididik itu sendiri. Sebagaimana seorang dokter sebelum memberi resep obat tentunya memeriksa penyakit terlebih dahulu.
Demikian pula pendidik, sebelum mendidik maka harus mengetahui keadaan individu yang dididik terlebih dahulu, anak-anakkah? Remajakah? Atau orang dewasa? Baru kemudian menentukan metode yang akan digunakan berdasarkan pengamatan dan analisa pendidik tersebut. Tentu berbeda metode mendidik yang digunakan untuk menghadapi anak umur 5 tahun dengan anak umur 17 tahun.
Pendidikan yang harus diperhatikan ada dua yakni pendidikan jasmani dan pendidikan rohani. Antara pendidikan jasmani dan pendidikan rohani pun harus ada kesinambungannya karena jika jasmaninya tidak sehat maka rohaninya pun tidak bisa maksimal, begitupun sebaliknya. Pendidikan jasmani yang dimaksud adalah pendidikan tentang cara menjaga kesehatan badan. Sementara, pendidikan rohani sendiri memikirkan dua hal, pendidikan akal dan pendidikan budi pekerti.
Pendidikan akal berbicara tentang pendidikan ilmu pengetahuan, sedangkan pendidikan budi pekerti membicarakan moral yang seharusnya dimiliki seseorang yang dididik. Mendidik budi pekerti tidaklah semudah mendidik ilmu pengetahuan karena ketika mendidik budi pekerti seperti mendidik dan menanamkan kebiasaan (yang mendarah daging) yang baik dan benar.
Ruang untuk mendidik jasmani dan rohani pun tidak hanya di sekolah tetapi juga di rumah dan di masyarakat umum. Ketika seorang anak dilahirkan sampai ia mulai memasuki dunia sekolah, maka rumah merupakan ruang sentral dalam mendidik. Otomatis  orang tua menjadi pendidik sentral dalam masa-masa ini. Pendidikan di rumah pula yang menjadi pendidikan dasar seseorang yang dididik.
Di saat si anak memasuki usia sekolah pun bukan berarti orang tua lepas tanggung jawab dalam mendidik. Justru orang tua mempunyai tanggung jawab lebih karena tidak hanya mendidik tetapi juga mengontrol anak ketika di sekolah. Bukan tidak mungkin si anak menemukan hal-hal yang kurang baik ketika di sekolah.
Sekolah akan mengajarkan anak berbagai hal mulai dari bersosialisasi sampai pada pendidikan akal. Sehingga bisa disebut sekolah merupakan tangga atau jenjang menuju pergaulan dalam masyarakat umum. Anak-anak di sekolah diperintah oleh gurunya untuk menulis dan memahami pelajaran untuk menjadi pandai. Sehingga manusia dalam masyarakat diwajibkan oleh kemanusiaannya, melakukan segala kewajiban dengan cara kesopanan untuk menjadikan manusia dengan segala pengertiannya.
Jadi tujuan pendidikan semenjak anak-anak adalah untuk menjadikan manusia dapat memenuhi segala yang dikehendaki oleh lingkungan sosialnya. Pendidikan dalam masyarakat ini tidak akan berhasil apabila pendidikan di rumah dan sekolah tidak sesuai dengan lingkungan sosial itu sendiri.
Tercapainya pendidikan di rumah, sekolah, dan lingkungan masyarakat merupakan cita-cita yang dikehendaki pendidikan. Agar dapat diraih tentu diperlukan upaya-upaya yakni penjagaan dan pemberian contoh, perintah dan larangan, dan hukuman dari kesalahan dan penghargaan dari kelakuan yang baik.
Penjagaan dan pemberian contoh mencakup didalamnya perkembangan usia seseorang yang dididik dan cara mendidiknya. Pendidik diperbolehkan menggunakan perintah dan larangan sejauh untuk menjadi pedoman bagi anak didik. Sehingga anak didik tahu mana perilaku yang baik dan boleh dilakukan dan mana yang tidak. Kata-kata yang digunakan pun didasarkan pada cara-cara dan syarat-syaratnya, bukan keluar dengan begitu saja.
Upaya yang terakhir yakni pembalasan berupa penghargaan bagi yang berkelakuan baik dan hukuman bagi yang berkelakuan tidak baik. Namun lagi-lagi perhargaan dan hukuman yang diberikan pun sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan hingga anak didik akan terus melakukan perbuatan baik atau mulai berkelakuan baik.
Tujuan dari penghargaan sendiri adalah supaya si anak tetap berkelakuan baik. Penghargaan inilah yang mendidik anak-anak untuk menghormati dirinya sendiri, tahu akan harga dirinya, dan menyadari bahwa perbuatannya baik. Sehingga muncul penghargaan terhadap benih-benih kebaikan. Dalam memberikan penghargaan pun ada beberapa hal yang harus diperhatikan, terutama jangan sampai anak melakukan kebaikan hanya karena mendapat penghargaan bukan karena menyadari perbuatannya itu baik.
Sedangkan tujuan dari hukuman adalah supaya si anak menyadari bahwa perbuatannya tidak baik dan tidak mengulanginya kembali. Lagi-lagi dalam memberikan hukuman pun ada beberapa hal yang harus diperhatikan terutama jangan sampai si anak merasa tidak perlu atau tidak mau berbuat baik. Sebaik-baik cara menghukum adalah hukuman natur, misalnya anak yang suka bermain api akan terbakar tangannya, anak yang malas mandi tidak enak tidurnya. Hukuman seperti ini besar pengaruhnya terhadap perkembangan jiwa anak didik karena hukuman seperti ini akan menimbulkan keinsyafan diri dan hukuman seperti ini akan lebih diingat anak didik.
Judul Buku     : Pedoman Pendidikan Modern
Penulis     : K.H.R. Zainuddin Fananie
Penerbit : Tinta Medina
Tebal        : xliv + 248 halaman
Terbit       : Januari 2011
Cover       : Softcover
ISBN         : 978-602-98552-2-7

HADIRILAH!!
Bedah Buku Pedoman Pendidikan Modern
Pembicara Drs. H. Husnian Bey Fananie, MA (Chairman Fananie Center Foundation)
Prof Dr Soedjarto MA (Guru Besar Universitas Negeri Jakarta)
Sabtu 17 November 2012
Pukul 10.00 – 12.00
Aula Daksinapati Universitas Negeri Jakarta
Jl. Rawamangun Muka, Jakarta Timur
GRATIS!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar